Memoar Sepatu
Adalah 10 karya seni rupa yang berbicara tentang isu stereotip gender. Tidak ada opresor pada kasus diskriminari gender sebagaimana yang selama ini kita kira (atau setidaknya, saya sendiri kira). Persoalan ini melibatkan peran sistemik semua pihak. Dan peran itu adalah manifestasi stereotip yang sudah mengakar sejak dulu kala. Rangkaian karya ini bercerita tentang stereotip gender pada perempuan. Dengan sepatu sebagai metafora utama, saya mengeksplorasi isu ini sebagai jejak-jejak yang telah terwaris untuk generasi kita dan generasi yang akan datang.
-
Tangled Feeding chevron_right
Tangled Feeding
- 42 x 59,4 cm
- Linocut on Canson Paper
- 2018
Isu stereotip perempuan adalah sebuah siklus dari generasi ke generasi yang dirawat terus oleh pihak-pihak dan kemungkinan secara tidak sadar menurunkan dan mewasiatkannya kepada generasi-generasi berikutnya. Tidak jarang sebuah stereotip muncul dari niat yang tidak buruk. Dengan bungkusan kata bertema nasehat dan ajaran seseorang bisa dengan sadar atau pun tidak sadar menularkan cikal isu tersebut kepada orang atau generasi di bawahnya. Karya ini menghadirkan bagaimana seorang perempuan yang direpresentasikan oleh sebuah sepatu memberi makan isu yang digambarkan dengan tali sepatu. Menyiapkan makanan adalah salah satu dari kegiatan perempuan dalam ranah domestik yang masuk dalam rangkaian masak dalam istilah macak, masak, dan manak. Salah satu istilah yang menjadi latar belakang pembahasan stereotip dalam rangkaian karya ini.
-
Space Legacy chevron_right
Space Legacy
- 42 x 59,4 cm (3pcs)
- Linocut
- 2018
Stereotip perempuan dalam ranah domestik diambil dari kerangka peran perempuan yang berada dalam wilayah dapur, sumur dan kasur. Peran perempuan dalam ketiga ruang ini menjelaskan sebuah sistem pembentukan identitas seorang perempuan dan dijadikan tolak ukur penilaian seorang perempuan yang baik atau pantas disebut perempuan. Sistem peran ini menjadi akar isu perempuan yang terjadi sekarang ini tidak hanya dalam ranah domestik tetapi juga dalam ranah sosial, ekonomi dan politik. Sehingga bisa dikatakan bahwa isu stereotip perempuan sudah berkembang ke ruang-ruang hidup lain selain domestik. Karya ini menghadirkan bentuk jejak sepatu yang di dalamnya menggambarkan atribut-atribut yang berhubungan dengan masing-masing peran perempuan yang sudah dijelaskan di atas. Jejak sepatu diangkat untuk menggambarkan rekam pengalaman dari sebuah sepatu yang ada pada bagian sol-nya. Setiap pasang jejak sepatu merepresentasikan peran perempuan di tiga ruang tersebut.
-
All For One Price chevron_right
All For One Price
- 13 x 15 cm (100pcs)
- LInocut on Fabric
- 2018
Adanya kriteria peran perempuan, seringkali membuat kualitas seorang perempuan diluar kriteria tersebut tidak diperhitungkan. Peran di ruang dapur, sumur dan kasur menjadi tolak ukur namun sekaligus mengecilkan peran-peran tersebut. Kata-kata seperti “Sudah sewajarnya dia pintar memasak, dia kan perempuan.” Padahal untuk mampu mencapai titik keterampilan tersebut perempuan juga melalui proses yang tidak singkat. Karya ini menghadirkan jejak sepatu dalam sebuah produk murahan yang disusun dalam display barang dagangan murah. Di dalam jejak sepatu tersebut tergambar satu set keterampilan yang harus dimiliki oleh perempuan, diantaranya memasak, berhubungan seks, mengurus anak, membersihkan rumah, manajemen waktu, pintar, berbelanja, memoles diri dan mengurus uang.
-
Manage The Minors chevron_right
Manage The Minors
- 60 x 60 x 100 cm
- Woodcut | Lukis
- 2018
Peran di sumur, dapur dan kasur tetap berlaku di luar area domestik. Masih lebih banyak perempuan yang mendapat perlakuan stereotip dalam lingkungan kerja. Kesempatan untuk berkarir atau menjabat sekarang ini memang sudah terbuka lebar namun tidak jarang terjadi pekerjaan-pekerjaan kecil yang sifatnya pendukung dilimpahkan kepada pihak perempuan, seperti mengurus konsumsi, additional client service dan menyambut tamu kantor. Kategori pekerjaan pendukung yang mandatory untuk dilakukan namun dilimpahkan kepada perempuan dengan alasan identitas gendernya. Karya ini menghadirkan kursi kerja yang memiliki sepatu pada bagian bawahnya. Kursi kerja merepresentasikan posisi (jabatan) di lingkungan kerja. Dan sepatu merepresentasikan perempuan yang menjadi support sistem berlangsungnya pekerjaan yang sebenarnya.
-
Struggle in space chevron_right
Struggle in space
- 90 x 140 cm (3 pcs)
- Linocut on Fabric
- 2018
Perempuan dan kain sering dikaitkan sebagai bentuk kerja ekspresif seorang perempuan dalam membentuk/ mendokumentasikan nilai dan budaya hidupnya. Kain dan perempuan (khususnya) di Indonesia, sudah melekat sejak ditemukannya relief pada umpak batu di daerah Trowulan, Jawa timur pada abad ke 14 yang berjudul “Wanita Sedang Menenun”. Sejak saat itu kain, terutama kain bermotif menjadi representasi nilai hidup yang diwariskan turun temurun. Pada karya ke-5 ini terdapat tiga lembar kain yang disusun menjadi bentuk dasar sebuah rumah. Kain menjadi representasi hal-hal yang disusun, dirajut dan akhirnya membentuk sebuah stereotip yang ada pada saat ini. Visual yang terdapat dalam tiga lembar kain tersebut adalah jejak sepatu yang memperlihatkan siluet tubuh perempuan yang bergerak menggeliat di dalam ruangnya. Pose tubuh perempuan yang digambarkan didalamnya menginterpretasikan sempitnya ruang gerak yang mereka punya dan bagaimana mereka sampai saat ini tetap berjuang menerobos ruang domestik.
-
Wandering Woman chevron_right
Wandering Woman
- 21 x 35 x 23 cm
- Instalasi Kaca Patri
- 2018
Sekarang ini perempuan sudah jauh mengalami perluasan ruang dan tidak jarang seorang perempuan menempati posisi teratas dalam ruang publik yang dahulu didominasi oleh gender laki-laki. Walaupun begitu perempuan yang sudah memiliki kesempatan keluar dari ranah domestik masih harus membawa stereotip yang diwariskan kepada gender mereka. Peran-peran domestik masih sering dilimpahkan kepada mereka dan masih sering menjadi dasar ruang mana yang bisa mereka tuju. Pada karya ke-6 ini sepatu digambarkan sedang melangkah untuk merepresentasikan kesempatan bergerak yang sudah dimiliki oleh perempuan. Resin berbentuk rumah membungkus sepatu yang sedang berjalan untuk menggambarkan stereotip yang masih mereka bawa kemana-mana.
-
Bound to perform chevron_right
Bound to perform
- 80 x 80 x 60 cm
- Instalasi Kayu
- 2018
Terbukanya kesempatan perempuan untuk hadir di ruang publik masih sangat terikat norma yang didasari oleh stereotip gender yang mereka punya. Ranah sosial, ekonomi dan politik mengatur bagaimana perempuan tampil di publik. Seperti sebuah pertunjukan yang bertugas menghibur dan menyampaikan pesan tertentu, gender perempuan tidak jarang menjadi bahan tontonan bagi publik. Dan tidak jarang pula yang menikmati tontonan tersebut adalah perempuan juga. Karya ini menggunakan visual panggung boneka yang merepresentasikan ruang performativitas perempuan. Sepatu yang diikat oleh tali sepatu yang menjadi pengontrol gerak menggambarkan perempuan yang terikat oleh stereotip gender.
-
Upward we go chevron_right
Upward we go
- 50 x 170 cm
- Instalasi Kayu
- 2018
Gender perempuan sudah mencapai ke titik kompetisi yang sama dengan gender laki-laki. Pencapaian ini butuh diperlihatkan lebih banyak untuk membuka pikiran pihak-pihak yang belum mau menerima bahkan masih melakukan tindak diskriminasi terhadap gender perempuan. Karya ke-8 ini menghadirkan tangga sebagai representasi ruang kompetisi publik yang sudah menerima perempuan secara setara. Sepatu-sepatu yang hadir adalah representasi perempuan dan laki-laki yang sedang berkompetisi dengan setara dalam ruang kompetisi tersebut.
-
Vast Role chevron_right
Vast Role
- 70 x 94cm
- Linocut
- 2018
Karya ini dibuat dengan mengembangkan narasi dari karya Manage the Minors. Karya ini menceritakan isu peran perempuan dengan setting yang lebih luas. Peran perempuan dalam publik selalu dipandang menjadi pelengkap kerja. Motif seorang perempuan saat memutuskan untuk keluar dari rumah seringkali dianggap sebagai aksi yang tidak perlu. Masih banyak perempuan bekerja yang mendapat pandangan-pandangan seperti “Pasti biar gak bosen di rumah”, “Lumayan buat nambah-nambah pemasukan suami”. Tidak jarang juga perempuan keluar dari rumah hanya untuk kembali masuk ke rumah. Karya ke-9 ini menghadirkan bentuk kursi kerja dengan berbagai sisi untuk merepresentasikan peran perempuan di luar rumah sebagai individu yang sekunder. Latar belakang berbentuk siluet rumah yang membesar menghadirkan pertanyaan apakah perempuan memang sudah keluar dari ruang domestik atau ruang domestik bagi perempuan hanya diperluas dan diperbesar.
-
Wheelchair chevron_right
Wheelchair
- 42 x 59,4cm
- Linocut
- 2018
Stereotip tidak kebal terhadap perempuan difabel. Keadaan fisik/mental yang terbatas tidak mengurangi tuntutan seorang perempuan untuk berperan sesuai stereotip yang sudah disepakati oleh masyarakat. Isu ini tidak hanya persoalan pandangan masyarakat tetapi juga pandangan perempuan tersebut terhadap dirinya sendiri. Bahkan tidak jarang terjadi kasus perempuan difabel dimanfaatkan keadaannya oleh orang sekitarnya. Karya ke-10 ini menghadirkan jejak sepatu yang disusun mengikuti jejak kursi roda. Alur jejak kursi roda ada yang menghadap ke depan dan ada yg menghadap ke belakang sebagai pertanyaan pengkarya sebenarnya keadaan perempuan pada hari ini sedang berjalan menuju ke depan (arah yang lebih baik) atau ke belakang (makin diacuhkan atau dibiarkan).
Tentang Seniman
Benedicta Anindya menekuni bidang interpretasi visual sebagai jalan hidupnya. Berawal dari studi sarjana jurusan Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara yang tuntas pada 2009, Anin lalu aktif bekerja di bidang yang sama untuk klien komersial kota-kota besar. Pada tahun 2013, Anin memutuskan pindah ke Yogyakarta; mencari tantangan karya visual yang baru. Anin menjadi bagian dari BASIC|LUDO, perusahaan rintisan tempatnya bergabung sebagai co-founder dan Creative Director. Pada 2016, Anin menempuh studi master di ISI Yogyakarta bidang Seni Rupa dengan tujuan mempertajam interpretasi dan eksplorasi visual. Dua tahun berselang, yakni Januari 2019, Anin menggelar pameran perdananya dengan judul 'Memoar Sepatu'; menghadirkan 10 karya seni rupa yang berbicara tentang isu stereotip gender.